Tragedi Dehumanisasi Rudal di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli Gaza

Direktur Darus Salam Center Education and Peace Insitute, KH. M Misbahus Salam, M.Pd.I

 

RADARJATIM..CO.,~ Serangan udara di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza, Selasa (17/10/2023), telah membuat sekitar 500 orang tewas, termasuk anak-anak.

Al Jazeera dan Pemerintah Palestina menyebut militer Israel bertanggung. Sementara Tel Aviv yang sempat memosting serangan lalu menghapusnya di media sosial, menuding kelompok Jihad Islam (JI) sebagai pelaku.

Hal ini kemudian menimbulkan komentar dari sejumlah negara. Pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin salah satunya.

Baca Juga :  Ricky Bagja Rilis 2 Single Lagu Yang Berjudul "Tak Mungkin Ku Miliki" dan "Kau Tega

Rusia mengatakan Israel harus membuktikan bahwa mereka tidak terlibat. Israel, tegas Moskow, harus memberikan citra satelit untuk membuktikan bahwa mereka tak melakukan serangan rumah sakit di Gaza.

Menurut Direktur Darus Salam Center Education and Peace Insitute, KH. M Misbahus Salam, M.Pd.I yang juga Pengurus LAZISNU PBNU bahwa tragedi itu Dehumanisasi yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia. Pelaku biadab seperti itu jangan diwariskan kepada anak cucu Adam, mari berfikir dengan nilai nilai kemulyaan manusia.

Baca Juga :  PBNU Ajak Dunia Internasional Gerakkan Humanitarian Islam untuk Kehidupan yang Lebih Harmonis

Kepentingan Politik dan Ekonomi jangan mengorbankan nilai nilai kemanusiaan. Amanat manusia di muka bumi memakmurkan dan membangun kemaslahatan di muka bumi.

Dari itu kata KH. Misbah, pemikiran PBNU dengan istilah Fikih Peradaban dapat jadi rujukan dunia internasional.

PBNU sedang menawarkan kepada dunia internasional untuk membangun peradaban. Dengan hadirnya Fiqhul Hadharah maka nilai nilai ajaran Islam yang Shalihun fi kulli zamanin wa makanin dapat menjadi acuan tidak hanya oleh umat Islam , tapi juga oleh negara negara di dunia.

Baca Juga :  Magang Mandiri Mahasiswa Fakultas Hukum UMM di Kantor Notaris & PPAT Kota Batu

Sehingga keadilan hidup dapat terlaksana. Warga mayoritas dan minoritas yang ada disebuah kawasan negara dapat perlakuan adil dan manusiawi. Negara super power tidak lagi mengintimidasi pada negara kecil, yang kaya mengayomi pada yang miskin , yang kuat mengasihi pada yang lemah, dan kehidupan dapat tertata dengan prinsip keadilan yang menjadi sebuah peradaban hidup manusia, tutur Kiai Misbah.