Penulis: Mehiyar Ramadhan, Mahasiswa Fakultas Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang
Malang [www.radarJatim.co~ Provinsi jawa timur adalah salah satu provinsi yang menghasilkan produk cabai rawit terbesar di Indonesia. panen cabai di jawa timur akan mempengaruhi harga nasional cabai. hal tersebut dikarenakan musim panen di jawa timur merata di sentra produksi yang berada di berbagai daerah seperti wates, Kediri, blitar, banyuwangi, tasikmalaya, cisewu, sukabumi, magelang, muntilan, dan rembang.panen cabai yang merata ini menyebabkan peningkatan pasokan yang sangat besar di pasar sehingga menyebabkan penurunan harga cabai di provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data dari direktorat jendral holtikultura departemen pertanian (2008) rata-rata produksi cabai rawit pada tahun 2007 berturut-turur ialah 676.828 ton dan 451.965 ton. pada tahun yang sama konsumsi cabai merah, cabai hijau, dan cabai rawit di Indonesia berturut-turut ialah 1.47 kg/kapita/tahun, 0,3 kg/kapita/tahun dan 1.51 kg/kapita/tahun. Volume ekspor cabai pada tahun 2006 sebesar 8.005 ton, sedangkan untuk volume impor sebesar 11.886 ton.
Diperkirakan permintaan terhadap sayuran khususnya cabai dari tahun ke tahun terus meningkat berkolerasi dengan meningkatnya jumlah penduduk serta berkembangnya industri makanan dan obat
Solusi untuk fluktuasi yang sering terjadi ialah petani harus memperhatikan masa tanam dan panen cabai rawit karena harga cabai rawit dua bulan sebelumnya sangat berpengaruh terhadap harga cabai rawit yang akan datang. Konsumen juga harus bijaksana dalam menyesuaikan kebutuhan dan kegunaan seperti untuk pewarna bumbu masakan atau perasa makanan seharusnya konsumen membeli cabai merah namun jika kegunaannya untuk perasa pedas akan lebih baik jika membeli cabai rawit serta para konsumen juga harus memperhatikan harga yang berada di pasaran.petani juga harus bisa menganalisis data harga pasar beberapa bulan sebelumnya agar bisa memperkirakan kapan akan terjadinya fluktuasi.
Metode yang digunakan untuk mencegah fluktuasi yang sering terjadi ialah dengan menggunakan motede proyeksi trend dengan regresi, merupakan metode yang digunakan untuk jangka pendek maupun jangka panjang merupakan metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara variable. metode lain yang digunakan dalam menganalisis fluktuasi ini ialah dengan metode ARIMA ialah metode yang secara penuh mengabaikan independen variable dalam pembuatan ramalannya, ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan sekarang dari variable dependen untuk menghasilkan ramalan jangka pendek yang akurat.
Perkembangan harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur berdasarkan latar belakang cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan harga cabai rawit selama 72 bulan terakhir yaitu bulan Januari 2011-Desember 2015 perlu dideskripsikan untuk mengetahui bagaimana kenaikan maupun penurunan harga cabai rawit (fkultuasi harga) di Provinsi Jawa Timur. Data time series tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis trend. Menurut Supranto (1993), metode trend sama seperti metode regresi sederhana akan tetapi variabel X menunjukkan variabel waktu. Analisis trend bertujuan untuk mengetahui kecenderungan harga cabai rawit selama 60 bulan terakhir apakah mengalami kecenderungan meningkat maupun menurun.
Peramalan cabai rawit yang dianalisis dengan metode Box-Jenkins atau metode ARIMA dan metode trend menghasilkan hasil peramalan yang berbeda. Hasil peramalan harga cabai rawit dengan metode trend menghasilkan peramalan harga cabai rawit pada bulan Januari 2016-Desember 2017 mengalami peningkatan secara linier. Sedangkan hasil peramalan menggunakan metode ARIMA menghasilkan peramalan harga cabai rawit pada bulan Januari 2016- Desember 2017 berfluktuatif sehingga diketahui harga mengalami peningkatan atau penurunan pada bulan tertentu.
Fluktuasi harga cabai rawit diduga dipengaruhi oleh produksi cabai rawit, harga tomat, harga cabai merah besar, harga cabai rawit dua bulan sebelumnya, curah hujan serta Dummy Bulan Puasa, Hari Raya, Natal dan Tahun Baru. Faktor pertama yang mempengaruhi harga cabai rawit adalah produksi cabai rawit.
Menurut Sukirno (2005), apabila jumlah produksi meningkat maka akan menyebabkan harga mengalami penurunan. Produksi cabai rawit Provinsi Jawa Timur berpengaruh negatif terhadap harga cabai rawit Provinsi Jawa Timur, artinya peningkatan produksi cabai rawit akan menyebabkan harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur menurun.
Menurut Palar dkk (2016), tomat merupakan barang pelengkap dari cabai rawit. Menurut Hariyati (2007), kenaikan atau penurunan permintaan barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan yang digenapinya. Artinya ketika permintaan cabai rawit meningkat maka permintaan tomat akan mengalami peningkatan pula. Harga cabai rawit meningkat maka secara tidak langsung harga tomat pun mengalami peningkatan karena perubahan yang terjadi pada cabai rawit akan sejalan dan terjadi pada tomat juga. Harga tomat berpengaruh positif terhadap harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur, artinya kenaikan harga tomat akan menyebabkan harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur meningkat pula.
Menurut Palar dkk (2016), cabai keriting dan cabai merah merupakan barang pengganti dari cabai rawit. Menurut Hariyati (2007), harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang digantikannya. Harga barang pengganti bertambah maka akan menyebabkan barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan permintaan. Cabai merah besar merupakan barang pengganti dari cabai rawit. Harga cabai merah besar berpengaruh negatif terhadap harga cabai rawit, artinya ketika harga cabai merah besar naik maka konsumen akan beralih ke cabai merah besar karena harganya lebih murah.
Menurut Farid dan Subekti (2012), harga cabai rawit dua bulan selama masa panen menyebabkan harga menurun dan harga cabai rawit dua bulan sebelum panen menyebabkan harga cabai rawit meningkat. Harga cabai rawit dua bulan sebelumnya merupakan faktor keempat yang dipakai untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi harga cabai rawit. Harga cabai rawit dua bulan sebelumnya berpengaruh positif terhadap harga cabai rawit, artinya ketika harga cabai rawit dua bulan sebelumnya naik maka harga cabai rawit bulan saat ini pun naik.
Berdasarkan latar belakang, curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi produksi cabai rawit karena petani tidak dapat menanam cabai rawit. Curah hujan berpengaruh positif artinya ketika curah hujan tinggi maka harga cabai rawit meningkat. Hal ini disebabkan karena produksi cabai rawit mengalami penurunan.
Bulan Puasa, Hari Raya, Natal dan Tahun Baru berdasarkan latar belakang menyebabkan harga cabai rawit mengalami peningkatan. Bulan Puasa, Hari Raya, Natal dan Tahun Baru berpengaruh positif terhadap harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur artinya ketika terdapat Bulan Puasa, Hari Raya, Natal dan Tahun Baru, maka harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur akan meningkat. Trend harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur bulan Januari 2010 hingga Desember 2017 mengalami peningkatan.
Peramalan harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur tertinggi pada bulan Januari 2017 yaitu sebesar Rp 52.832,95/kg dan harga cabai rawit terendah terjadi pada bulan April 2017yaitu sebesar Rp 44.411,37/kg. Faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur adalah harga cabai merah besar dan harga cabai rawit dua bulan sebelumnya, sedangkan variabel produksi cabai rawit, harga cabai rawit nasional, curah hujan dan Dummy bulan Puasa, Hari Raya, Natal dan Tahun Baru secara parsial berpengaruh secara tidak nyata terhadap harga cabai rawit di Provinsi Jawa Timur.
(Red)
