RUMAH TOGA DAN PENCAPAIAN SDGs KESEHATAN DI DESA SUKOREJO BANGSALSARI

JEMBER| RADARJATIM.CO. ~ Mahasiswa Fakultas Farmasi dan Pertanian Universitas Negeri Jember menggagas pembuatan Rumah TOGA (tanaman obat keluarga) di Kampung SDGs Sukorejo Bangsalsari Jember.

Menurut Cheryl Areta selaku Ketua Kelompok Promahadesa menuturkan bahwa program Rumah TOGA ini merupakan kegiatan Mahasiswa yang dibersamakan dengan KKN dan praktek dari disiplin ilmu yang dipelajari.

Oplus_0

Kegiatan ini sangat diapresiasi oleh KH. Misbahus Salam selaku Ketua Pembina PPKSI ( Pusat Pengembangan Kampung SDGs Indonesia) dan menyampaikan bahwa ;
Rumah TOGA merupakan konsep pemanfaatan lahan rumah untuk menanam berbagai tanaman obat keluarga. Konsep ini menjadi semakin populer di tengah masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya pengobatan alami. Dengan menanam tanaman obat sendiri, keluarga tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pengobatan sederhana tetapi juga mengurangi ketergantungan pada obat-obatan kimia.

Baca Juga :  PKS FAKULTAS FARMASI UNEJ DAN PPKSI

Tanaman yang ditanam di Rumah TOGA meliputi jahe, kunyit, lidah buaya, Bunga Telang dan sereh. Masing-masing tanaman memiliki khasiat tersendiri, seperti jahe untuk mengatasi mual dan kunyit sebagai anti-inflamasi. Selain sebagai obat, tanaman-tanaman ini juga sering digunakan sebagai bumbu dapur, sehingga memberikan manfaat ganda bagi keluarga yang menanamnya.

Baca Juga :  Puncak Hari Kesehatan Nasional ke 58, Wabup Ning Min: Gresik Selatan Bakal Dibangun RSU di Kedamean

Keberadaan Rumah TOGA juga berperan penting dalam pelestarian lingkungan. Dengan memanfaatkan lahan sekitar rumah untuk menanam tanaman obat, kita dapat meningkatkan keanekaragaman hayati dan menjaga ekosistem lokal. Selain itu, penanaman tanaman obat di sekitar rumah juga membantu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas udara di lingkungan sekitar.
Secara sosial, Rumah TOGA dapat menjadi media edukasi bagi masyarakat sekitar. Melalui kegiatan bersama, seperti pembibitan dan pengolahan tanaman obat, masyarakat dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Hal ini tidak hanya memperkuat hubungan sosial tetapi juga mendorong kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga kesehatan secara alami, sekaligus untuk pencapaian tujuan SDGs bidang kesehatan, tutur KH. Misbah yang juga Pengurus LAZISNU PBNU dan Pengasuh Yayasan RDS.

Baca Juga :  Proyek Rehabilitasi Ruang Kelas Sekolah Sarat Bermasalah, Disorot Ketua Komisi lV DPRD Gresik

(HMS)