Gresik [radarjatim.co~ Naluri atau instink mendidik atau “merawat” anak sejatinya memang berada di tangan seorang ibu (mother insting ). Sebagaimana perjuangan tanpa pamrih dan lelah yang dilakoni Ustadzah Evy Cornelia, S.Pd. SD Dalam uda upaya memajukan pendidikan di Pulau Bawean lewat lembaga pendidikan SDIT AL-Huda dan Lembaga Pendidikan Tinggi lainnya.Ustadzah Evi sapaan akrabnya memiliki kurikulum vitae scara hierarki yakni mulai jenjang terendah hingga tertinggi dengan sejumlah prestasi yang diraihnya. Pada tahun 1991, beliau lulus dari SDN Gubeng Jaya 1 Surabaya.
Setelah lulusdari SDN- nya, beliau melanjutkan ke SMPN 6 Surabaya dan lulus pada tahun 1994. Kedekatan antara rumah dengan sekolah yang tidak seberapa jauh itu cukup ditempuh dengan mengayuh sepeda onthel pergi pulangnya. Peluh keringat selalu membasahi hijab seragam sekolahnya. Kemudian beliau melanjutkan ke jenjang sekolah lanjutan di SMAN 9 Surabaya dan lulus pada tahun 1997. Semangat dan rasa hausnya akan ilmu pengetahuan mendorong Ustadzah pesuka masakan daging bumbu merah dan warna ungu muda ini melanjutkan ke bangku kuliah di STIS Surabaya pada Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Bisnis dan lulus dengan predikat memuaskan pada tahun 2005. Usaha untuk memiliki SIM (Surat Izin Mengajar, red) di sekolah dasar, beliau melanjutkan pendidikan PGSD di Universitas Terbuka dan lulus pada tahun 2011.
Untuk menyempurnakan bekal sebagai pendidik, Ustadzah Evi masih menempuh pendidikan di Universitas Sunan Giri (UNSURI) pada jurusan Ilmu Pendidikan dan lulus 2012. Ibarat seorang pendekar, meminjam istilah (sebagaimana gelar R.A. Kartini “Pendekar Bangsa”), Ustadzah Evi sudah mempersiapkan bekal untuk menjadi pendidik profesional sesuai ijazah yang sudah berada dalam genggamannya. Salah satu syarat profesionalisme itu ditunjukkan oleh ijazah atau sertifikat pendidik yang dimilikinya.
Awal mula Ustadzah Evi berkiprah di SDIT AL HUDA bersama Bapak Zulfa Usman berhasil membuat konsep sekolah unggulan SD Islam Terpadu Al Huda sampai pada pendaftaran perizinan SDIT AL HUDA secara resmi dikeluarkan oleh pihak berwenang. Sejauh itu, Ustadzah Evi menawarkan konsep-konsep SD unggulan dan bersedia “babat alas” serta sekaligus menjadi kepala sekolah tanpa banyak perhitungan berapapun gaji yang harus diterimanya atas usulan Bapak Zulfa Usman (almarhum). Ketua yayasan Darul Fikri sebagai penaung SDIT AL HUDA, Bapak Baharuddin, SH. juga mengamini atas restu pengurus waktu masanya K. Zakariyah dan Bapak Ali Dhofir. Lalu, diangkatlah Ustadzah Evi sebagai kepala sekolah SDIT AL HUDA waktu pertama kali berdirinya.
Sebagai kepala sekolah yang dipercaya menakhodai SDIT Al- Huda, tanggungjawab semakin memacu Ustadzah Evi untuk terus menghidupkan laju perkembangan sekolah. Beliau menyiapkan semua berkas administrasi yang dibutuhkan. Beliau tiada perduli dengan hujan lebat dan angin kencang, panas dan dingin menghadang, Ustadzah Evi tetap tegar melangkah meraih mimpi demi SDIT Al-Huda yang dipercayakan kepadanya. Bahkan, brosur pendaftaran penerimaan murid baru untuk awal kalinya diantarkan sendiri ke TK-TK yang semestinya ditangani kurir sekolah. Kepala sekolah rangkap jabatan sejenak.
Untuk menjalankan kegiatan Proses Belajar-Mengajar (PBM), Ustadzah Evi memilih beberapa guru mata pelajaran umum, guru agama, dan guru Bahasa Inggris dengan cukup satu orang TU. Seiring dengan berjalannya kegiatan pembelajaran, pihak Yayasan Darul Fikri memagangkan dua guru beserta kepala sekolah ke Surabaya di SD Al-Hikmah dan ke Gresik di SD MUHAMMADIYAH GKB dan SD NU Teratai Gresik dengan tujuan utama menimbah ilmu beserta pengalaman sebanyak-banyaknya. Di tahun pertama SDIT Al-Huda dibuka hanya mendapatkan anak murid sebanyak 15 peserta didik. Waktu itu ruang kelas masih “nebeng” atau menyewa dua ruang kelas SMP UMMA. Satu kelas dipergunakan untuk proses pembelajaran dan satu lainnya disekad dua sebagai ruang TU dan ruang kepala sekolah (1 in 2).
Dengan keyakinan yang tinggi dan kuat semua pihak, baik yayasan, kepala sekolah, maupun guru-guru muda berprestasi SDIT Al-Huda bergerak bahu membahu tanpa mengenal lelah mendidik ke 15 anak muridnya dengan sebaik-baiknya. Tentu, di mana pun sebuah perjuangan akan menghadapi berbagai hambatan dan ujian. Ketetapan dan keyakinan hati untuk berhasil sebagai tekad kuat penopang dalam melangkah dengan segenap kemampuan yang dimiliki menuju kejayaan SDIT AL HUDA tercinta. Tuturan lembut membersit dari palung hati Ustadzah Evi bahwa beliau mulai memperkenalkan SDIT Al-Huda melalui prestasi anak didiknya selalu hadir bukan dengan slogan-slogan manis semata, melainkan dengan dedikasi tanpa mengenal lelah. Bukti nyata pada malam pentas seni bulan Agustus 2007 anak-anak murid SDIT Al-Huda yang masih kecil-kecil bisa tampil memukau di hadapan jubelan penonton dengan performa drama yang luar biasa. Alun-alun Sangkapura turut menjadi saksi abadi atas kebolehannya. Dari prestasi ini mulailah nama SDIT Al-Huda dikenal dan melekat di hati masyarakat.
(Sugri)