Penulis: Yufira Lorenza, Mahasiswi Fakultas Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang
Malang [www.radarjatim. co~Pandemi Covid-19 telah mengubah semua kehidupan masyarakat Indonesia karena adanya larangan keluar rumah agar virus tidak menyebar menyebabkan kelumpuhan disemua sektor. Virus ini telah memakan banyak korban jiwa. Pandemi ini tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga berdampak pada sosial ekonomi masyarakat. Di sektor pertanian, FAO sudah memperingatkan potensi krisis pangan global.
Tiap-tiap Negara memiliki kebijakan dalam mencegah penyebaran covid-19 turut berimplikasi pada kebijakan pangan maupun kemampuan produksi mereka. Realitas itu menunjukkan, ketahanan pangan sama pentingnya dengan kesehatan masyarakat. Jika dokter dan tenaga medis ialah tentara dalam upaya melawan penyebaran covid-19, begitu pun para petani, penyuluh, dan insan pertanian lainnya.
Pertahanan yang penting dalam melawan covid-19 ialah ketahanan pangan. Berbagai upaya telah dimulai untuk menemukan model yang tepat guna mengantisipasi dampak Covid-19 pada sektor pertanian. Sektor pertanian Indonesia harus menyusun tindakan yang tepat sebagai bentuk antisipasi dampak negatif pandemi Covid-19 yang dapat dilakukan secara luas. Dari sisi protokol kesehatan, pemerintah sudah menyiapkan strategi khusus untuk mencegah penyebaran virus melalui pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Strategi itu hanya akan efektif sepanjang pangan pokok tersedia untuk rakyat.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, semua insan pertanian harus tetap bekerja dengan semangat tinggi dan tangguh, untuk mewujudkan kemandirian pangan. Kita membutuhkan tenaga ekstra keras, pemikiran-pemikiran out of the box, serta kerja sama yang semakin erat. Saatnya para petani, penyuluh, peneliti, akademisi, swasta, dan pelaku sektor pertanian lainnya untuk menjadi pahlawan bagi bangsa dan negeri ini dengan semangat kebersamaan.
Pemerintah daerah harus berkomitmen mendorong pemanfaatan lahan suboptimal, seperti lahan kering dan rawa, juga sekaligus mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Upaya pemanfaatan lahan dilakukan tidak hanya dengan berbudi daya berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura, tetapi juga, budi daya ternak dan ikan sehingga bisa mencukupi ketersediaan pangan, baik karbohidrat, protein, vitamin, maupun mineral. Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan bisa dilakukan keluarga sebagai unit kelompok masyarakat terkecil.
Pemanfaatan lahan pekarangan juga bisa dilakukan kelompok masyarakat, seperti warga permukiman, rusun, asrama, ataupun siswa sekolah, dan pondok pesantren. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga menegaskan perlunya mengantisipasi dan memetakan daerah rawan pangan dan alokasi kebutuhan pangannya secara tepat.
Untuk mengurangi potensi kerawanan pangan, masyarakat perlu didorong untuk mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan pangan. Salah satunya mendorong masyarakat memperkuat cadangan pangan masyarakat melalui kegiatan Lumbung Pangan Masyarakat.
Lumbung Pangan Masyarakat dibangun untuk mendekatkan akses pangan ke anggota kelompok tani dan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya cadangan pangan terutama di masa krisis. Melalui keberadaan Lumbung Pangan Masyarakat, masyarakat bisa menjaga kontinuitas ketersediaan dan akses pangan masyarakat, khususnya di wilayah perdesaan.
Upaya yang sudah dilakukan Kementerian untuk menciptakan efi siensi rantai pemasaran, antara lain mengoptimalkan dan memperluas Pasar Mitra Tani dan Toko Tani hingga bisa mencakup 34 provinsi. Pasar Mitra Tani selama ini menjadi penghubung bagi Gapoktan yang ingin menjual produk mereka secara langsung ke konsumen. Di era digital, kita juga terbantu dengan hadirnya sejumlah layanan antarberbasis online.
(Red)






