Duabelas Seni dan Budaya Jatim ditetapkan sebagai WBTb

Seni dan Budaya di Indonesia

Remo Masal
Tari remo massal pecahkan rekor MURI Foto Pilar.id

Dua belas karya seni dan tradis budaya asli Jawa Timur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Nasional oleh Tim Ahli WBTb Kemendikbudristek RI.

Sebanyak 12 karya budaya Jatim tersebut adalah Jaranan Pegon dari Tulungagung, Jaran Jenggo dari Lamongan, Tari Ngremo Surabayan dari Kota Surabaya, Tari Beskalan dari Malang, Nyadran Sawuran dari Bojonegoro, Yadnya Karo Suku Tengger, Brang Kulon dari Kabupaten Pasuruan, Kembang Lamaran dari Kota Probolinggo, Brem Madiun dari Kabupaten Madiun, Tari Topeng Ghettak dari Pamekasan, Keket dari Situbondo, Ngetung Batih dari Trenggalek, dan Manten Pegon dari Kota Surabaya.

Tari Remo Jawa TImur
Tari Ngremo Surabayan dari Kota Surabaya yang ditetapkan sebagai WBTb Foto rizka-muallifa/merdeka.com

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan apresiasi pada tim Kemendikbudristek RI dan tim ahli lainnya atas penetapan 12 karya budaya Jatim sebagai WBTb nasional.

Penetapan 12 karya budaya asli Jatim sebagai WBTb ini menambah deretan daftar WBTb Nasional asal Jatim. Karya Budaya ini, hasil usulan dan presentasi Kepala Disbudpar Jatim Hudiyono bersama para maestro dan akademisi.

“Tentu ini, kabar yang sangat menggembirakan bagi warga Jatim. Terima kasih atas doa dan dukungan masyarakat Jatim. Semoga hal ini menjadikan budaya di Jatim tetap lestari dan bisa memberikan dampak yang baik bagi masyarakat melalui upaya pemajuan kebudayaan,” kata Khofifah, Selasa lalu.

Khofifah menjelaskan dengan penetapan 12 karya budaya ini maka total Karya Budaya di Jatim berjumlah 99 yang masuk dalam WBTb Nasional. Hal ini sekaligus menjadi penanda, Jatim memiliki potensi budaya daerah yang luar biasa.

“Betapa banyaknya potensi kebudayaan daerah kita, harus terus disisir secara detail, untuk kemudian bisa kita daftarkan. Ini penting, karena upaya pelestarian yang konsisten harus menjadi suatu kewajiban,” ungkapnya.

Khofifah berharap, akan semakin banyak masyarakat, terutama generasi muda yang semakin peduli akan kebudayaan daerah yang menjadi identitasnya sebagai sebuah bangsa Indonesia.

“Upaya pelestarian budaya tidak bisa berjalan hanya oleh satu generasi. Sifatnya adalah berkelanjutan. Saya harap, generasi milenial bahkan Gen Z juga bisa ikut menjaga dan melestarikan budaya sebagai identitas sebuah bangsa,” tutupnya.

(RJ/TMR