Manfaatkan Literasi Digital Untuk Akses Informasi Terpercaya

Literasi Digital

Ilustrasi Literasi Digital Foto KOminfo

SURABAYA, RADARJATIM.CO — Teknologi digital berkembang pesat membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan manusia. Untuk itu, diperlukan literasi digital yang bisa meningkatkan produktivitas sehari-hari dan menghindari risiko seperti penipuan, phising, dan pencurian data serta identitas.

Lliterasi digital bisa membantu mengakses informasi dan memanfaatkan informasi  dengan baik dan benar. “Kemampuan memilih dan memilah informasi sangat krusial, terlebih memasuki masa tahun politik dimana hoaks dan misinformasi bertebaran setiap harinya,” kata Dirjen Aptika Kemkominfo RI, Semuel Abrijani Pangerapan dalam kegiatan literasi digital di Ballroom HARRIS Hotel & Conventions Bundaran Satelit Surabaya, Ahad (10/9/2023) lalu.

Karena itu, Semuel Abrijani Pangerapan, Kemenkominfo mengemban amanat dari Presiden Jokowi untuk menjadi garda terdepan dalam percepatan transformasi digital bangsa Indonesia.

Semuel mengungkapkan upaya meningkatkan literasi digital terus dilakukan hingga ke seluruh pelosok negeri tanpa terkecuali. “Harapannya, pengetahuan literasi digital yang didapat melalui acara ini dapat diteruskan pada orang-orang di sekitar kita: orangtua, teman, rekan kerja kita serta masyarakat pada umumnya agar bangsa Indonesia makin cakap digital untuk Indonesia terkoneksi,” tambahnya.

Menurut Sekretaris Eksekutif Komsos Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Anthonius Steven Lalu, seiring perkembangan teknologi, kita harus rendah hati, belajar, bekerja sama, beradaptasi, bertransformasi, dan berproduksi. Ia berharap, kaum muda kita dapat menjadi melek informasi, yang artinya mampu untuk menganalisa sumber informasi yang didapatkan sehingga tidak akan diberdayakan teknologi.

Berdasarkan data kependudukan 2022 ada lebih dari 215 juta penduduk Indonesia terkoneksi dengan internet. Pengguna internet di Indonesia rata-rata 7,42 jam perhari.

Sedangkan menurut, Studi dari Microsoft yang keluar pada awal 2021, menunjukan pengguna internet di Indonesia merupakan pengguna internet yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Banyaknya pengguna internet di Indonesia tidak dibarengi oleh literasi digital yang piawai.

Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif ICTWatch Indonesia, Indriyatno Banyumurti, pada 2021, Kominfo mendapat amanah dari Presiden Jokowi mencanangkan program Gerakan Nasional Literasi Digital Indonesia.

Indriyatno Banyumurti menguraikan, ada empat pilar literasi digital, Cakap, artinya kemampuan memakai teknologi digital untuk mengunakannya, Aman, artinya keamanan data pribadi di dunia digital, Budaya, artinya mengejawantahkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan ke dalam aktivitas digital sehari hari, dan Etis, yaitu memperhatikan setiap tutur kata yang digunakan dalam keseharian dalam dunia digital.

Ia juga menyebutkan, berita hoaks muncul di media digital yang sama seperti sebagaimana dipakai dalam keseharian, seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, dan lain sebagainya. “Demi terhindarkan dari berita hoaks, maka sudah semestinya mengenali ciri-ciri dari berita hoaks, yaitu, menyerang perasaan, mendesak untuk disebarkan, ketidakjelasan sumber berita, tidak logis, judul berita yang provokatif,” paparnya.

Menurut Indriyatno, beberapa cara menanggulangi berita hoaks antara lain, keharusan berpikir kritis, memeriksa adakah ciri hoaks di dalamnya, cermati Alamat situs, dan memeriksa orisinalitas berita di https://s.id/cekhoaks. “Saring sebelum sharing, sabar sebelum sebar,” tandasnya.

Pada kesempatan ini, Influencer, Yohana Vanda mengatakan, etika di media sosial harus sama seperti etika saat berjumpa langsung (tatap muka) dengan orang yang dituju. “Etika sebagai sistem nilai dan norma moral menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya, etika berlaku meskipun hanya seorang diri. Etiket berlaku jika seor ang berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Perlu adanya kebijaksanaan dalam memilah dan memilih konten untuk dibagikan di sosial media,” urainya,

Sebab, segala sesuatu yang telah diunggah ke platform media sosial akan otomatis menjadi konsumsi publik. “Orang muda sangat berpotensi untuk membawa dampak bagi masyarakat di sekelilingnya dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar,” ungkap Yohana.

Ia menambahkan, sebagai orang muda seharusnya memiliki kemampuan untuk menyaring kabar yang hilir mudik mencari sasaran berita hoaks yang memiliki kemungkinan menjadi korban cyberbullying yaitu tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental), dengan menggunakan media digital. Tindakan ini bisa dilakukan terus menerus oleh yang bersangkutan hingga korbannya mengalami depresi. “Berbuat baik dan jagalah etika dalam bermedia sosial,” ajak Yohana.

Rektor Universitas Pradita Prof Richardus Eko Indrajit, menambahkan Nilai Algoritma kebangsaan harus ditingkatkan agar nilainya lebih banyak dari pada algoritma yang merusak. Oleh karena itu, tiktok, IG, FB, twitter harus dipergunakan untuk mempromosikan Indonesia yang hebat dengan cara yang sopan santun.

(RJ/Ant/TMR)