Warga Bawean Sambut Baik dan Gembira Rencana Trayek Damri Sangkapura-Tambak

Gresik [Radarjatim.co-Visi dan misi perubahan Gresik baru yang mandiri sebagai salah satu program Nawa Karsa 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati Gresik, H, Fandi Akhmad Yani, SE – Dra,Hj Aminatun Habibah, M.Pd untuk warga Bawean, di antaranya: Penjemputan mudik para santri ke masing-masing pondok pesantren di seluruh Jawa Timur dengan armada bus milik Pemkab Gresik menjelang liburan di bulan suci Ramadhan, juga berupa bantuan dua moda angkot untuk melayani rute di JLB (Jalan Lingkar Bawean).

Kedua angkutan umum dari PT. DAMRI ini akan melayani masyarakat Pulau Bawean yang akan menuju tempat umum. Dua kecamatan ini akan dikitari oleh dua angkot dengan pergerakan paruhan yakni line (baca: len) jalan barat sebagian dan line jalan timur yang sebagiannya. Kedua warga di dua kecamatan tersebut sama-sama dapat dilayani secara keseluruhan. Program ini tentu akan menyentuh dan berarti bagi warga Pulau Bawean yang masih belum memiliki kendaran bermotor sendiri.

Mobil angkot anyar berkapisitas 15 penumpang ini akan memberikan pelayanan secara gratis selama satu bulan penuh rencananya. Berdasarkan keterangan Bapak Zen Bengkosobung Desa Kotakusuma setelah melaksanan rapat kordinasi dengan pihak terkait pada hari Jumat, 26 Maret 2021 ini diperoleh keterangan bahwa mobil angkot berkelas ini nantinya akan melayani warga Pulau Bawean yang memang membutuhkan. Untuk sementara sopir dan kernek angkot masih menggunakan sopir dropan dari PT. DAMRI sebagai pemilik bendera moda angkutan jalan darat tersebut.

Ke depan tentu akan dicarikan sopir dan kernek dari Warga Pulau Bawean yang sudah memenuhi syarat, terutama mengenai kepemilikan SIM untuk kendaraan roda empat.

Baca Juga :  Dies Natalis ke 63 SMPN 1 Krian Sidoarjo Resmikan Ecobrigh Bertema Tumbuh dengan Kretifitas dan Sadar Lingkungan

Selama ini warga Pulau Bawean, khususnya para sopir yang lihai dan berpengalaman melajukan kendaraan roda empatnya secara autodidak jarang dilengkapi dengan kepemilikan SIM untuk kendaraan roda empat. Kedua sopir dan kernet depan dari PT. DAMRI ini tidak perlu terkejut tentang pengisian bahan bakar yang tidak sama dengan di daratan Jawa. Kalau di daratan Jawa mengisi bahan bakarnya di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum)

Sedangkan di Pulau Bawean pengisiannya di Pertamini atau isi BBM “cotek-cotek” (Kata orang Bawean) atau eceran sekelas kios di tepi jalan yang terlihat unik dan menarik. Hal baru ini akan menjadi pusat perhatian bagi warga Pulau Bawean sekaligus ingin berbondong-bondong untuk mencoba menjadi penumpang perdananya. Jika tidak ada aral yang berarti Bapak Zen dari dinas pekerjaan umum rencananya akan mencoba ikut naik sebagai penumpang perdana dalam uji coba gratisan tersebut.

Berbagai survei dilakukan terhadap seberapa jauh urgensi dari pengadaan angkot di Pulau Bawean ini. Salah satu supir gaek yang sudah puluhan tahun melayani rute Sangkapura-Tambak dan sebaliknya Fendi, warga Dusun Sawahluar Desa Kotakuma Sangkapura saat dimintai keterangan mengenai muatan yang dibawanya setiap hari hanya berupa barang. Kadang segelintir orang ada juga yang ikut angkutan milik pribadinya itu. Jika memang nantinya beroperasi dua angkot di Pulau Bawean tetap tidak akan mengurangi kapasitas muatan mobil angkot pribadinya karena sudah menjadi pelanggan seumur hidupnya.

Berbagai kalangan masyarakat dan warga Bawean menyambut gembira dengan rencana pengadaan mobil angkutan umum ini karena dianggap terobosan dan baru yang belum pernah dilakukan oleh Bupati Gresik sebelumnya, Secara ekonomi lebih efisien dan hemat bila harus naik kendaraan milik pribadi tentunya warga Pulau Bawean akan lebih memilih ikut angkot umum ini. Sebaliknya, bila ongkos angkot umum ini dianggap lebih menguras pundi-pundi saku pribadinya, tentu warga Pulau Bawean kembali menyetir kendaraan roda dua dan mobil pribadinya.

Baca Juga :  RT 001 Perum Bhummi Cermai Apsari Gelar ‘Gebyar Panggung Malam Tirakat menjelang 17 Agustus’

Dari penuturan warga asal Dusun Sawahdaya Desa Kotakusuma Sangkapura, Syamsul  sebagai tukang bengkel dan perawat atau suster pada sebuah angkot. Seorang tukang bengkel pulang kerja naik angkot hanya dapat tempat duduk di pintu angkot, Tak seberapa lama perjalanan angkot sampai di jalan raya depan salah satu rumah sakit. Salah satu suster dengan seragam putih-putih terlihat memaksa menyetop angkot tersebut. Sopir pun mengerem demi kemanusiaan sambil mengatakan penuh. Suster memaksa dan mau naik walau duduk dipangku tukang bengkel yang kumal dan kotor demi memenuhi panggilan telepon suaminya tentang suatu keadaan kegawatan pada diri keluarganya di rumah.

Beberapa saat kemudian setelah angkot melaju cepat terjadi dialog lirih di pintu angkot yang berupa juluran kursi kayu kecil. Dialog antara tukang bengkel (TB) dengan Suster (S) sebagai berikut. Dialog lirih hanya didengar mereka berdua dalam duduk terpaksa berpangkuan.
TB :”Mbak, kerja di apotek, ya?”
S :”Koq tahu, Mas!”
TB :”Bau obat.”
S : “Mas kerja di bengkel, ya?”
TB. : “Koq tahu, Mbak!?”
S. :”Tuh, dongkraknya naik
turun!”

Keduanya tersenyum girang secara tersembunyi terbawa kencangnya laju dan mesin angkot). Maaf, fiktif belaka!
Ketika sistem trayeknya kedua angkutan umum ini sistem lajunya menyerupai “Trans Jakarta” tanpa harus menunggu penumpang penuh maka dua moda ini akan menjadi alternatif, terutama bagi para profesional yang harus sampai tepat waktu di tempat kerjanya. Namun, sebaliknya jika pergerakan dua moda ini harus menunggu penumpang penuh baru mau berangkat maka tidak akan menjadi pilihan bagi warga Pulau Bawean. Apalagi di saat uji coba dengan digratiskan bergerak seperti bus “Trans Jakarta” akan ramai dimanfaatkan oleh warga Pulau Bawean.

Baca Juga :  Juara Umum MTQ ke XXX di Bawean Diraih Peserta dari Kecamatan Bungah

Secara tidak langsung warga Pulau Bawean bisa merasakan naik mobil berkelas dan baru adanya. Tambah-tambah di dalam mobilnya ada AC (Air Condition) penuh kesejukan dan empuk tempat duduknya plus parfum pengharum. Siapa gerangan yang tidak akan kepincut untuk ikut angkutan umum penuh kelayakan ini. Muatan berupa ikan kering dan ikan pindang yang dibawa penumpang menuju pasar di dua kecamatan ini tetap beraroma terapi yang akan membuat para penumpang tetap betah melaju bersamanya.

Berdasarkan data statistik kependudukan dijumpai keterangan bahwa hampir di setiap rumah tangga penduduk Pulau Bawean memiliki kendaran bermotor roda dua yang kerap dipakai dalam berbagai keperluan. Akan tetapi, kehadiran dua angkutan umum berbayar ini nantinya akan semakin mempererat jalinan hubungan sosial sesama warga Pulau Bawean yang selama ini berkendara sendiri-sendiri (individualisme mobile, red).

Lebih mengasyikkan lagi bagi para jomblo semi permanen memanfaatkan angkutan umum ini untuk saling berjumpa di perbatasan rindu tertentu antar kecamatan. Duduk seangkot saling berhadapan dalam laju kendaraan menikung-nikung di jalan sedikit berombak semakin hidup terasa syahdu dibuatnya. Selamat datang “Wellcome” angkotgres dan benar-benar baru adanya di Pulau Bawean. “Kari…Pak Sopir! Henti…Pak Sopir!” Melok coro Jowoni akhiri.

(By Sugri)