GRESIK || RADAR JATIM.CO – Nama H. Rianto, broker lahan asal Desa Sidoraharjo, Kecamatan Kedamean, kini kembali menjadi sorotan tajam. Pria yang dikenal lihai dalam urusan jual beli tanah ini resmi disomasi oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Republik Indonesia (LPK-RI) DPC Kabupaten Gresik, Rabu (22/10/2025), lantaran diduga tidak mau bayar sisa pembayaran lahan senilai Rp 575 juta.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima redaksi, kasus ini berawal dari transaksi jual beli lahan milik pasangan Sutikah dan Sadi di Blok 12 Desa Mojowuku, dengan nilai jual Rp 925 juta. Dari total nilai tersebut, H. Rianto baru membayar uang muka Rp 350 juta, sementara sisa Rp 575 juta tak pernah dilunasi.
Ironisnya, sebelum pelunasan dilakukan, H. Rianto justru diduga sudah menjual kembali tanah tersebut kepada PT Satria Eka Perkasa (Royal Emran III). Dugaan ini diperkuat oleh keterangan staf PT Lentera Group yang menyebut bahwa lahan tersebut kini telah tercatat atas nama H. Rianto.
“Iya, lahan itu sudah atas nama H. Rianto semua,” ujar staf PT Lentera Group saat dikonfirmasi, Rabu (22/10/2025).
Pemilik lahan: Sutikah & Sadi (Blok 12 Mojowuku) Pembeli: H. Rianto (Broker lahan) Nilai transaksi: Rp 925 juta Uang muka: Rp 350 juta Sisa pembayaran: Rp 575 juta (tidak dibayar) dugaan pelanggaran: Lahan dijual kembali ke PT Satria Eka Perkasa tanpa pelunasan Status saat ini: Disomasi oleh LPK-RI Gresik
Pasangan pemilik tanah, Sutikah dan Sadi, mengaku sangat kecewa. Mereka menyebut sudah berkali-kali menagih pelunasan, namun H. Rianto selalu menghindar dan tak menunjukkan itikad baik.“Sudah capek kami tagih, selalu menghindar. Kami ini cuma minta hak kami sendiri, bukan minta belas kasihan. Akhirnya kami percayakan semuanya ke LPK-RI,” ujar Sutikah dengan nada kesal.
Kepala Desa Mojowuku, Aji Notoprawiro, mengaku sudah berupaya memediasi antara kedua pihak. Namun, ia akhirnya menyerah karena sikap H. Rianto yang dianggap ruwet dan arogan.
“Disuruh buat surat pelepasan tidak mau, disuruh melunasi juga tidak mau. Malah bilang, ‘kamu menantang saya, tah?’ Saya sudah tidak sanggup menghadapi orang seperti ini,” ungkap Kades Aji.
Dua saksi perantara transaksi, Solikin dan Sugeng, bahkan turut meluapkan kekesalannya.
“Maunya apa dia itu? Saya sampai budek, kurang ajar!” ucap Sugeng di hadapan pemilik lahan dan warga setempat.
Menanggapi laporan warga, Gus Aulia, Ketua LPK-RI DPC Kabupaten Gresik, resmi mengeluarkan surat somasi/teguran kepada H. Rianto.
“Kami beri waktu sesuai ketentuan hukum. Jika tidak ada itikad baik, kami akan dorong kasus ini ke jalur hukum. Ini bukan sekadar transaksi, tapi pelanggaran hak rakyat kecil,” tegas Gus Aulia.
Ia menambahkan, LPK-RI akan mengawal penuh kasus ini hingga tuntas, termasuk mendorong aparat penegak hukum dan instansi pertanahan untuk memeriksa dokumen kepemilikan lahan tersebut.
Kasus ini menimbulkan gelombang keresahan di kalangan warga Mojowuku. Banyak warga khawatir praktik serupa akan menular dan merugikan petani kecil lain yang menggantungkan hidup dari lahan mereka dijual “Kalau makelar seperti itu dibiarkan, nanti banyak korban.
Pemerintah harus turun tangan, terutama BPN dan Dinas Perizinan,” ujar salah satu tokoh masyarakat Mojowuku.
Mereka juga meminta agar BPN Gresik melakukan pemeriksaan ulang terhadap dokumen sporadik dan riwayat jual beli tanah tersebut, untuk memastikan tidak ada pelanggaran administrasi maupun manipulasi data kepemilikan.
LPK-RI menilai kasus ini adalah potret nyata lemahnya perlindungan terhadap hak-hak rakyat kecil.
“Kami tidak akan tinggal diam. Ini soal keadilan bagi masyarakat yang kerap dipermainkan oleh oknum makelar. Negara tidak boleh kalah oleh permainan seperti ini,” pungkas Gus Aulia.
Masyarakat Mojowuku kini berharap agar BPN, Dinas Perizinan, serta aparat penegak hukum turun langsung menelusuri kasus ini, sebelum menimbulkan keresahan yang lebih luas.
(Red)
