Profil Sekolah SMPN 10 Gresik Jawa Timur
GRESIK [RADARJATIM. CO– Pembelajaran tahun ajaran 2020-2021 telah dimulai, terkendala situasi pandemi virus corona yang masih merajalela di negeri kita, Pemerintah menetapkan dua model pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yaitu Pembelajaran Dari Rumah (BDR) untuk daerah-daerah di bertanda zona merah, orange dan kuning, dan Pembelajaran Tatap Muka (BTM) bagi daerah-daerah di zona hijau dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Terkait situasi ini pula UPT SMPN 10 Gresik mengharuskan banyak penyesuaian yang perlu dilakukan guru terutama perihal ketercapaian kurikulum.
Kepala Sekolah UPT SMPN 10 Gresik, Daifi menyatakan jika sekolah dan para guru saat ini dituntut untuk mampu menjaga stamina fisik dan energi mental anak didik, namun juga mampu menjaga kualitas pembelajaran tetap signifikan ditengah kondisi ini, sekaligus menyiasati agar tujuan pembelajaran dapat optimal tersampaikan dan terserap oleh peserta didik.
“Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Pembatasan ruang interaksi fisik (physical distancing) yang berlangsung selama masa pandemi memberi tekanan mental atau psikososial terhadap anak-anak sekolah,” ungkap Daifi.
Menurut Daifi, para orang tua juga mendapat keluhan anak-anaknya karena tidak bisa bertemu dan bersosialisasi dengan para guru dan teman-temannya di sekolah. Di satu sisi para Ibu yang biasa membimbing putera-puterinya selama ini juga sudah mengalami titik jenuh,
“apalagi mereka yang juga bekerja baik sebagai pendidik, pekerja kantor atau yang lainnya. Sementara para bapak tidak cukup sabar dan terbiasa membimbing mereka.” ungkapnya.
Dari aspek pembelajaran daring pun Daifi memberikan pendapat jika hal itu memerlukan media yang harus dipenuhi dari sisi penguasaan aplikasi-aplikasi seperti Zoom, Google Meet, atau aplikasi-aplikasi lainnya.
“Tidak semua orang tua juga anak menguasainya, apalagi mereka yang berada di jenjang pendidikan dasar dan menengah yang masih membutuhkan bimbingan terus-menerus. Belum lagi soal biaya yang harus dikeluarkan untuk pengeluaran pulsa atau paket kuota internet,” papar Daifi.
Daifi berpendapat bahwa indikator pencapaian kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran pun harus disederhanakan serta dihubungkan dalam konteks bertahan
“Hidup di tengah pandemi covid-19 ini. Kurikulum harus dimodifikasi, disesuaikan dengan kondisi kedaruratan bencana pandemi covid-19 ini.” pungkasnya.
Reporter: David Siswandi