Pesona Tenun Wedani Yang Bertahan

Bermula dari anjuran Sunan Malik Ibrahim untuk menutup aurat dengan menggunakan kain tenun. Kini, kain tenun menjadi penyumbang devisa negara

Seorang perajin tenun khas Wedani menata hasil tenunannya foto : BDIPadang

Tidak banyak yang tahu di Provinsi Jawa Timur (Jatim) tradisi menenun sudah dilakukan lintas generasi. atau merupakan tradisi turun menurun. Daerah penghasil tenun di Jatim seperti di Larangan, Lamongan dan Bandar Kidul, Kediri sudah sampai generasi ketiga.

Pun dengan Desa Wedani, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang masih melestarikannya hingga saat ini. Bahkan di desa ini pemilik usaha tenun sudah sampai generasi kelima.

Produk kain tenun dan sarung tenun yang dibuat secara manual dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) telah menembus pasar dunia. Bahkan mampu menggerakkan ekonomi desa, sehingga mampu menyubangkan devisa bagi negara. Kain tenun yang melanglang buana ke sejumlah negara hingga lintas benua ini telah mewakili pembuatnya yang sebagian besar belum pernah menginjakkan kaki ke luar Indonesia.

Keisitimewaan dari tenun khas Wedani terlihat pada warna, motif ukuran kain tenunnya yang pas untuk pemakainya. Selain itu, kain tenun ini tidak hanya untuk sarung tapi juga cocok sebagai bahan untuk baju.

Baca Juga :  GEPAL Gresik Gelar Aksi dan Diskusi Dengan Tema Matinya Demokrasi

Tiga motif utama yang diproduksi perajin kain tenun yaitu motif gunungan, kotak, dan kembang. Motif tambahan berupa tumpal (kepala sarung), pinggiran, segitiga, wajik, kembang mawar, gunungan berukuran kecil, dan motif kembangan lainnya. Pada awalnya hanya diproduksi sarung berwarna hijau tua dan cokelat. Kini juga beragam ke warna hijau muda, hijau pandan, oranye, merah muda, kuning, dan ungu.