RADARJATIM.CO.~ Di masa pemerintahan Gusdur, kapal Induk dan pesawat F-18 milik pasukan militer Amerika Serikat bermanuver di laut dan udara Utara Pulau Bawean.
Peristiwa ini sempat mendapat tanggapan serius dari presiden Gusdur bahwa Amerika Serikat telah merongrong kedaulatan negara lain. Hampir saja terjadi serangan oleh pesawat milik TNI F-16 untuk melakukan manuver pengejaran namun semua pesawat yang dibeli dari AS tersebut seperti terkunci programe-nya oleh pembuatnya. Selidik punya selidik konon bahwa di dalam perut bumi Bawean terdeteksi melalui sinar infrared adanya bahan uranium dan logam mulia lainnya.
Selama ini yang diketahui publik bahwa di dalam perut bumi Bawean terdapat tambang minyak bumi yang berada di laut pantai Pulau Bawean berjarak sekitar dua puluh mil laut dari bibir pantainya. Jumlah titik potensial tambang minyak melalui badan eksplorasi tambang minyak bumi ditemukan sebanyak hampir 20 titik mengandung minyak bumi.
Publik juga belum banyak tahu bahwa di antara Pulau Bawean dan Pulau Madura dulunya terdapat pengeboran minyak bumi dengan nama perusahannya PT. Bawean Enterprises dengan kapasitas mencapai 13 ribu barel perhari yang pernah dirilis beritanya sekitar tahun 90-an yang kini perusahaan tersebut seperti hilang tenggelam masuk ke dalam perut bumi Bawean saja.
Warga Bawean dulunya semasa pelayaran trayek Bawean-Gresik dengan kapal-kapal konvensional berbahan kayu pasti tahu dan melihat kobaran api pengeboran oleh Bawean Enterprises di antara laut Bawean dan Madura saat kapal-kapal konvensional itu boleh berangkat menjelang magrib atau berlayar di malam hari. Akibat beberapa kecelakaan tenggelamnya kapal-kapal akibat tabrakan dan sebab lainnya, kini sudah tidak terlihat lagi kobaran api dari Bawean Enterprises tersebut. Mungkin saja minyak mentah itu sudah berkurang atau habis sama sekali di dalam perut Bumi Bawean yang “rongkangnya” atau reservoirnya berada tepat di dalam perut bumi Bawean.
Bahkan, almaghfurlah K.H. Abu Bakar asal Dusun Bangkalan pernah meramal bahwa tunggu tanggal mainnya Pulau Bawean akan terjadi “lendhu” atau gempa akibat rongga minyak bumi yang berada di dalam perut bumi Bawean sudah terkuras habis.
Kabar terkini yang belum tersampaikan ke publik bahwa melalui proses “MENGORAK” atau membedah perut bumi Bawean dari dua puluh titik pengeboran minyak bumi lepas pantai tersebut turut menyumbang bergeraknya patahan bumi yang berada di laut Jawa tersebut. Mungkin ini juga senada dengan tulisan Dhani Irwanto dalam bukunya berjudul “Atlantis Kota Yang Hilang’ yang ditengarai kota tersebut berupa Pulau Lobek yakni Pulau Bawean. Tiadalah mengherankan bila Pulau kecil nan mungil ini menjadi incaran dunia internasional bila diketahui dalam perut buminya banyak menyimpan kekayaan alam. Bahkan, cerita berbau klenik pernah dijlentrehkan oleh Kiai Bhu Hasan asal Dusun Taubat Desa Sungairujing bahwa di dalam perut bumi Bawean terdapat “delima merah” yang dalam bahasa ilmiahnya berupa bahan uranium.
Beberapa negara adidaya mulai mengincar demi kekuatan militer sebagai bahan hulu ledak nuklir dalam kegiatan menghegemuni negara lain sebagai jajahan atau persebaran perluasan atau ekspansi kekuasaannya di zaman akhir nanti. Perut bumi Bawean tetap akan menjadi incaran.
Selama ini, eksplorasi tambang yang masih terjadi di Pulau Bawean berupa tambang Batu Onik. Beberapa tahun silam hasil eksplorasi batu Onik dibawa kapal laut ke daratan Gresik menuju Kabupaten Tulung Agung untuk diolah menjadi berbagai jenis kerajinan bernilai ekonomis.
Banyak transaksi mandeg berupa hutang-piutang warga Pulau Bawean dengan warga Tulung Agung. Hal ini terkuak saat penulis pada tahun 1993 ber-KKN di Kabupaten Tulung Agung tepatnya di Kelurahan Sumberrejo dengan nama kadesnya waktu itu Bapak Kasuwanto.
Warga Desa Sumberrejo banyak bercerita dalam keluhan bahwa hutang-piutang belum terbayarkan atas rencana pengololaan batu Onik yang uangnya sudah diterimakan sedangkan bongkahan batunya tak kunjung didatangkan. Bahkan, transaksi lain adanya pinjaman modal untuk bekerja sama melakukan kegiatan pengolahan kerajinan batu Onik namun pada akhirnya uang warga Tulungagung dibawa raib. Baru akhirnya melalui mediasi terbayarkan pada akhirnya. Sejauh ini eksplorasi batu Onik tidak begitu berpengaruh terhadap terjadinya gempa bumi Bawean karena penambangannya hanya di permukaan yang ke dalamnya baru mencapai puluhan meter saja.
Fenomena alam yang lepas dari pantauan pihak terkait dengan gempa bumi yang terjadi di Pulau Bawean adanya gunung berapi nonaktif berupa vulkanologi mati jutaan tahun silam. Berdasarkan pantauan penulis bahwa di Pulau Bawean banyak terdapat sumber air panas yang keluar dari perut bumi. Versi cerita rakyat bahwa gunung “Totoghi” yang berada di Desa Sawahmulya pernah meletus ratusan tahun silam. Bukti fenomena alam berupa semburan air panas di beberapa titik di sekitar gunung tersebut terus menyumbar dengan debit air yang cukup lumayan besar. Di Desa Gelam Kecamatan Tambak juga terdapat sumber air panas yang debet airnya melebihi besarnya di Desa Sawahmulya.
Di Desa Kepuh Legundi Kecamatan Tambak juga terdapat sumber air panas yang paling besar debet airnya hingga di sana dibangun pemandian umum dengan bangunan terdiri dari beberapa kamar mandi. Sumber airnya yang tersalur ke sawah warga seperti saluran sungai kecil. Termasuk, di Desa Sungairujing Kecamatan Sangkapura tepatnya di Dusun Taubat menyumbar air panas dengan debet air yang cukup besar selama ratusan tahun silam. Masih banyak tempat lain di Pulau Bawean yang menyumbar air panas, terbaru muncul di halaman sekolah Islamiyah Tambak yang beritanya viral ditonton jutaan tiktoker. B
ila dikorak atau dibedah perut bumi Bawean banyak mengandung air panas keluaran magma sehingga di dalam perut bumi Bawean bersisa rongga yang menjadi salah satu pemicu bergeraknya tanah permukaan bumi untuk menuju stabil kembali atau memang bumi Bawean berada di dekat patahan bumi lainnya. Semoga cepat stabil dan gempa segera berakhir.
(Sugriyanto)