Gresik||radarjatim.co~ Ketika perempuan bekerja, tak hanya status ekonomi keluarga yang membaik, juga berpotensi mengubah kehidupan orang-orang sekitar, bahkan bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Itulah yang diinginkan oleh Yanti sang pemilik nama lengkap Nur Indah Yanti calon legeslatif (caleg) DPRD Gresik untuk Dapil 1 Gresik – Kebomas Nomor Urut 5 pada pemilu 2024.
Impian Yanti ingin berperan memberdayakan perempuan agar lebih mandiri dan bisa membantu suami. Pengalaman pribadi menempanya menjadi perempuan tangguh, disiplin, mandiri dan berani.
Ibu 3 anak ini, yakin keinginannya bisa diraih, meski melalui liku-liku perjalanan dan butuh tenaga, biaya serta kepiawaian. “Saya ingin, kaum perempuan bisa mengembangkan potensi dirinya agar bisa mandiri,” kata istri Afilin.
Keinginan dan kiprah Yanti membantu masyarakat, dilirik Partai Gerindra. Ia pun diminta menjadi kader partai agar bisa mewakili rakyat di dewan. Apalagi, Ia berpengalaman dua kali berhasil menempatkan caleg menduduki kursi dewan.
Penyuka baca buku ini, tidak lantas menerima lamaran Gerinda. Pasalnya, Ia butuh restu suami, anak-anaknya, dan keluarganya. Ternyata, Sang Suami Afilin mendukung dan mengikhlaskan dirinya untuk nyaleg.
Harapan Sang Suami, agar Ia bisa leluasa membantu masyarakat yang lebih luas. “Saya yakin ridhonya suami itu semacam doa. Suami sudah tahu pasti resiko dari seorang caleg jika sudah menjadi anggota dewan,” tuturnya.
Meskipun sedikit mengalami kesulitan lantaran pemilih di dapilnya kecewa oleh seorang caleg yang tidak menepati janji dan tidak merealisasikan apa yang diucap saat berkampanye kala itu. Namun Pengusaha Garmen ini tetap bertahan, untuk mengatakan tidak semua caleg seperti itu.
Untuk itu Yanti tak berjanji muluk-muluk, jika terpilih ia akan upayakan program pemberdayaan perempuan, membangkitkan ekonomi keluarga di dapilnya dengan memberi pelatihan dan edukasi sesuai kemampuan dan keahlian.
Yanti akan meyakinkan dan menjelaskan programnya dan tidak ada bagi-bagi uang agar mau memilihnya.. “Memang saya tidak punya modal besar untuk nyaleg, minimal saya bisa memberikan program kepada mereka nanti jika terpilih,” urainya.
Pokoknya, tegas pengusaha konveksi baju muslim ini, perempuan harus mandiri dengan kemampuan dirinya agar tidak selalu mengandalkan bantuan luar sekaligus mampu meningkatkan perekonomian keluarga.
Hal ini, terkait masa lalunya yang selalu diajarkan untuk hidup dan bekerja ikhlas dan cerdas oleh orang tuannya. “Orang tua, tergolong pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Jadi, sedari kecil saya diajarkan bekerja, disiplin dan mandiri. Saya ingin menularkan ini,” harapnya.
Inspirasi Dari Ibu
Sedari kecil, Kelahiran Gresik, 22 Oktober 1967 ini, diajarkan bertanggung jawab, disiplin dan mandiri. Dikarenakan Sang Ibu harus bekerja membantu Ayahnya yang menjadi sopir angkut ikan. “Saya harus mengurus keperluan sendiri, mencuci baju dan masak menjadi kebiasaan saya sejak 6 tahun,”ungkapnya.
Bahkan sejak kelas 2 SD. Yanti kala itu harus berjualan kue keliling sebelum berangkat sekolah. Saat istirahat sekolah, ia harus pulang untuk mengantarkan adiknya yang sakit ke puskesmas dan membawa kembali ke rumah. Setelahnya, melanjutkan belajar ke sekolah.
Meski harus ikut bekerja membantu orang tuanya, Anak dari pasangan A. Rokhim dan Isnah ini, tidak kehilangan semangat untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Orangtuanya mengajarkan bagaimana bekerja dengan ketulusan hati. Bangga dan salut pada orang tuanya yang membesarkan delapan anaknya, menjadikan Yanti sebagai pribadi yang tangguh, berani, kreatif, pantang menyerah, dan mudah memyesuaikan diri.
“Beliau mampu mendidik dan membesarkan delapan anak sambil bekerja membantu ayah,”jelasnya. Inilah yang menginspirasinya menjadi working mom (Ibu Pekerja) saat mengantikan Sang Suami yang harus istirahat karena harus cuci darah 2 kali dalam seminggu.
Berjuang Bantu Suami
Keputusan menjadi ibu pekerja untuk membantu Suami, tak membuat menyerah. Dengan sedikit keahliannya menjahit, Yanti pun bekerja pada sebuah usaha konfeksi menjadi karyawan. Saban hari,
Keikhlasan dan dorongan dari suami, membuat tekadnya makin bulat untuk memiliki usaha sendiri.
Tak berselang lama, Yanti memliki usaha jahit di rumahnya. Selain itu, juga memasarkan sendiri baju hasil jahitanya ke sebuah toko baju di Surabaya.
Karena ketekunan dan kualitas jahitannya, membuat pihak toko tertarik untuk kerjasama dengannya. Toko memasok semua kebutuhan bahan dan model yang diinginkan, Yanti hanya menjahit untuk toko tersebut.
Alhasil, usahanya berkembang dan sudah memiliki jenama sendiri “Ar ridho” untuk baju muslim anak-anak. “Kerjasama ini menjadi peluang hingga akhirnya saya mampu untuk mandiri membuka usaha garmen,” ceritanya.
Hingga kini, pesanan dari toko yang memberikan harapan itu masih terjalin. Ia juga mengaku bahagia bisa membantu suami. Dia berjuang membantu perekonomian keluarga. Semetara itu, ketiga anaknya masih duduk dibangku sekolah dan masih membutuhkan biaya sekolah. “Saya dan suami bangga, bisa menyekolahkan anak sampai kuliah,” seru Ibu Vino Putra, Ridho Adi dan Aisyah A.A sambil tersenyum.
Meski sempat drop usahanya karena pandemic Covid 19 selama 2 tahun tidak menyurutkan Yanti untuk bertahan sebagai pengusaha garmen. “Sayang kalau usaha ini di tutup karena masih bisa membiayai keluarganya dan membantu orang lagi,” kata Ibu penyantun anak yatim dan duafa ini.