Photo: Ahmad Basri
Penulis: Ahmad Basri, Ketua: K3PP Tubaba)
RADARJATIM.CO.~Sering timbul di hati kita pertanyaan paling mendasar yakni, mengapa negara – negara seperti, Denmark, Selandia Baru, Finlandia, Swiss, Singapur, Swedia, Norwegia, Belanda, Luxemburd dan Jerman, tingkat korupsinya paling rendah dunia. Kalaupun ada hanya ” kecil ” tidak menjadi problem utama mudah diatasi.
Padahal jika dilihat dari perspektif teologi keagamaan, negara – negara tersebut tidak menempatkan agama sebuah landasan kehidupan. Mereka bisa dikatakan menganut paham sekulerisme, dimana agama hanyalah urusan privat bukan urusan kehidupan sipil sosial dan negara. Nilai – nilai keyakinan keagamaan hanya ada dalam wilayah personality personal.
Menariknya, negara – negara tersebut tidak mewakili wajah negara yang mayoritas masyarakatnya beragama islam. Kalaupun ada masyarakatnya beragama islam, namun hanya kelompok minoritas ditengah masyarakat yang berpaham sekulerisme. Bandingkan dengan Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama islam dan tidak menganut paham sekulerisme dalam kehidupan sosial dan negara. Seluruh masyarakat Indonesia ” wajib ” memiliki identitas keagamaan hal ini dapat terlihat disetiap kolompok di KTP warga negara.
Dan data statistik menunjukan paling tertinggi di dunia masyarakat Indonesia, yang pergi haji setiap tahunnya, dibandingkan negara lainnya sesama muslim. Ini menunjukan pada parameter tingkat religius keagamaan masyarakat muslim Indonesia itu sangat tinggi. Gema kehidupan keagamaan ritual keagamaan begitu semerbak dimana – mana. Majelis dzikir dan sholawat tumbuh subur bak jamur di musim hujan.
Jika melihat indek korupsi prilaku korupsi di Indonesia masuk ketegori negara yang paling banyak melakukan tindakan korupsi yang dilakukan oleh para penyelengara negara di berbagai sektor. Walaupun bukan termasuk sepuluh negara paling korupsi di dunia. Namun setidaknya prilaku korupsi di Indonesia sudah menjadi prilaku budaya yang setiap tahunnya indek korupsi selalu meningkat bukannya berkurang. Berbagai macam cara penegakan hukum tidak menjadi prilaku korupsi itu menurun.
Tentu kita bertanya mengapa tidak ada korelasinya dengan tingkat masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam, pergi haji paling tinggi di dunia, lembaga majelis dzikir dan sholat nabi dimana – mana dengan prilaku korupsinya. Dengan tingkat religius keagamaan yang begitu tinggi di masyarakat tentu seharusnya prilaku korupsi menjadi menurun bukan malah meningkat setiap tahunnya.
Hari ini di bulan september umat muslim gemersak berkumandang dimana – mana, memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Tentu sebuah harapan bahwa Maulud Nabi menjadi satu momentum spritual sosial keagamaan dalam kehidupan sehari – hari. Artinya, mampu meneguhkan kembali kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta melestarikan ajarannya mana yang dilarang mana harus dikerjakan. Meneladani semua misi visi kehidupan Nabi. Salah satu bentuk prilaku korupsi sesungguhnya merupakan bentuk pengingkaran dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Malu kita berdzikir dan bersholat tapi sebatas tenggorokan bukan masuk ke dalam hati