BUDAYA  

Hama Tikus semakin ganas Serang Sawah Petani Sidayu dan Ujungpangkah Ancam Ketahanan Pangan

Kantor Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Ujung Pangkah

Gresik [ Radarjatim. co– Hama Tikus Sawah semakin merajalela dan ganas serang heektaran sawah di Kecamatan Ujung Pangkah dan Sidayu Kabupaten Gresik. Setidaknya di Kecamatan Ujung Pangkah ada Desa Glatik, Tanjangawan, Ketapanglor, dan Karangrejo, kemudian di Kecamatan Sidayu ada Desa Sambipondok, Golokan, dan Wadeng.

Sekretaris Desa Glatik Khoir, saat ditanya awak media menyampaikan “Saat akhir Tahun 2019 dan Awal Tahun 2020, di Desa Glatik Gagal Panen 100%, karena semua padi habis dimakan Hama Tikus serta kemudian pada bulan Mei – Juni Tahun 2020 ini, hanya sekitar 20% saja padi yang bisa dipanen, karena memang kami awal dan beberapa minggu ini, melakukan pembasmian Hama Tikus dengan meracun hama tikus atau menggunakan obat yang kami campur, terdiri atas bahan racun, jelantah atau minyak goreng bekas, masako, dan beras mentah, sehingga bisa mengurangi kemungkinan gagal panen” Selasa (30/06).

Sementara itu Kades Tanjangawan Anang Maruf, menyatakan pula adanya beberapa bidang sawah yang gagal panen “Setidaknya 6 perangkat desa saya yang juga petani, mengalami gagal panen atau sekitar hampir 7 hekar sawah hanya bisa dipanen 20% saja, memang kami dibantu hanya beberapa saja emposan yaitu semacam mercon pengasapan dari belerang untuk membasmi hama tikus, itu diberikan pada sekitar akhir Tahun 2019 ya setelah itu tidak ada lagi bantuan” (31/06/2020). Lain lagi disampaikan oleh Kepala Desa Ketapanglor In’am, menyampaikan ke awak media “Desa Ketapanglor rencananya akan dibantu 3 Rumah Burung Hantu, namun saya gak tahu kapan realisasinya, memang untuk bantuan – bantuan dari Dinas Pertanian langsung kepada Gapoktan atau Kelompok Tani, saya gak ikut campur hal itu, memang kami di Ketapanglor secara sistematis melakukan pengawalan untuk para petani maupun pembasmian hama padi, khususnya Hama Tikus” (31/06/2020).

Baca Juga :  Proyek Tol KLBM Gresik Hampir Rampung, Disinyalir Warga Setempat Terdampak Covid-19 Belum Dapatkan Bansos Dan CSR
Rumah burung hantu (Rubuha ) swadaya petani Desa Tanjangawan Kec. Ujungpangkah Gresik

Awak media lebih lanjut mencari keterangan ke Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Ujung Pangkah yang ada di Desa Kebon Agung Ujung Pangkah. Saat di BP3K Ujung Pangkah awak media bertemu dengan staf, yaitu Bapak Maslikin dan Ibu Endang, saat itu ibu Endang menyampaikan “Saat ini memang ada peningkatan Ekskalasi Penyerangan Hama Tikus di Sawah Petani di Ujung Pangkah sejak Tahun 1990 an. Dinas Pertanian membantu Pembasmian Hama Tikus memang terbatas, yaitu membantu emposan atau racun asap belerang seperti mercon atau kembang api, untuk Rumah Burung Hantua atau Rubuha Dinas Pertanian Kabupaten Gresik membantu Desa Ketapanglor 3 Rubuha yang saat ini sudah ada tinggal finishing rangka pilarnya, kemudian untuk Swadaya atau secara mandiri dibuat Warga Desa, yaitu di Ketapanglor 21 Rubuha, Tanjangawan 5, Cangaan 1, Bolo 2, dan Desa Karangrejo 7 Rubuha. Untuk memutus mata rantai hama tikus sawah berkebang-biak, maka biasanya dilakukan Bero atau Penghentian Sementara Menanam Padi dan atau Tanaman Pertanian lainnya, namun warga menyayangkan kalo sawahnya tidak produktif, seperti di Desa Glatik Kepala Desa mencoba Bero sampai Agustus 2020, maka sangat disesalkan sekali karena lahan pertaniannya tidak produktif.

Baca Juga :  Didukung Bank BNI, KJJT Pamekasan Resmi Dikukuhkan dengan Menyantuni 30 Anak Yatim

 Biasanya penanaman tanaman pertanian adalah Terong dan Cabe, pada tanggal 3, 4, dan 10 Juli 2020 nanti. Untuk meracuni Tikus Sawah biasanya dengan Racumin dan atau Redentisida dari desa masing – masing” (1/07)

Ditambahkan Petugas Petugas BP3K Ujung Pangkah , Maslikin mengatakan “Perkembangbiakan Hama Tikus Sawah sangat tinggi, dalam hitungan 21 hari tikus berkembangbiak berkali-kali lipat, serta bila seekor tikus betina melahirkan 6-10 ekor, maka 2 hari kemudian hamil lagi, kemudian 21 hari lagi melahirkan lagi, kemudian anak-anak tikus yang betina selama 21 hari juga bisa hamil dan kemudian melahirkan dalam 21 hari kemudian, sehingga bisa sebulan akan muncul ratusan sampai ribuan tikus. Pembasmian hama tikus harus dilakukan dengan sistem bersama-sama banyak orang, bahasa jawanya gropyokan, namun di tengah Pandemi Covid-19 ini, tidak mungkin dilakukan karena protokol kesehatan serta physical Distancing atau jaga jarak, maka akan kesulitan dalam situasi saat ini melakukan pembasmian hama secara efektif dan meluas” Rabu (1/07)

Berbagai kesulitan pembasmian Hama Tikus di Tengah Transisi New Normal, maka hal ini mengancam “Mata Rantai dan Pilar Ketahanan Pangan Rakyat Kabupaten Gresik”. Karena selama Pandemi Covid-19 atau PSBB, maka para petani masih bisa memenuhi kebutuhan makanan dari Sawah Padinya yang dihasilkan sendiri, namun dengan terjadinya gagal panen dan keterbatasan panen hanya 20% dari panen biasanya, maka akan sangat mengancam kecukupan pangan masyarakat atau Mata Rantai Pangan Rakyat, saat Transisi New Normal karena salah satu syarat adanya “Kampung Tangguh yaitu harus ada Lumbung Pangan”, maka bila Lumbung Pangan terancam, jelas akan mempengaruhi keberadaan Kampung Tangguh hingga Kabupaten Tangguh.

Terpisah Kadisperta Gresik,Ir.Eko Anindito Putro, Kepada awak media membenarkan di Kecamatan  Ujung Pangkah hama utama pada musim ini yg paling banyak adalah tikus, cara pengendalian yang paling efektif adalah secara terpadu, seperti apa yang sudah dijelaskan oleh petugas pertanian, mulai sebelum tanam sampai mau panen yang paling penting keberhasilan penanggulangan hama adalah keaktifan petani mengamati tanamannya sendiri sejak awal, sehingga dapat menanggulangi gangguan hama sejak dini dan berkoordinasi dengan petugas dan kepala desa setempat. Dinas Pertanian memberikan banyak bantuan, baik berupa alat pengendalian, emposan,rodentisida, dan RUBUHA, namun jumlahnya tidak banyak. Alhamdulillah sejak dua Tahun terakhir ini partisipasi desa dan masyarakat untuk membantu desa sendiri sudah cukup baik. Lanjut Eko sapaan akrab Kadisperta,kami dari Dinas sudah menggulirkan program AUTP,  dengan subsidi premi dari pemerintah apabila tanaman  petani mengalami gagal panen akan mendapat ganti rugi Rp. 6 juta/ha per musim tanam dengan  syarat petani harus ikut program tersebut, pungkasnya
(Harsus)